Pembelajaran Berbasis
Web (E-Learning)
A. Konsep Pembelajaran
Berbasis Web
Pembelajaran berbasis Web adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan media situs (website) yang bias diakses melalui jaringan internet.
Pembelajaran berbasis Web atau yang dikenal juga dengan Web Based Learning,
merupakan salah satu jenis penerapan pembelajaran elektronik (E-learning). Atau
dapat juga dikatakan sebuah pengalaman belajar dengan memanfaatkan jaringan
internet untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi pembelajaran.
Internet
merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di
dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon,
kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh dunia. Internet memiliki banyak
fasilitas yang dapat digunakan dalam berbagai bidang, termasuk dalam kegiatan pendidikan.
Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat,
Newsgroup, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World
Wide Web (WWW) (Oos M. Anwas: 2003).
Khan
dalam Herman Dwi Surjono (1999) mendefinisikan pengajaran berbasis web (WBI)
sebagai program pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut
dan sumber daya World Wide Web (Web) untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Sedangkan menurut Clark WBI adalah
pengajaran individual yang dikirim melalui jaringan komputer umum atau pribadi
dan ditampilkan oleh web browser. Oleh karena itu kemajuan WBI akan
terkait dengan kemajuan teknologi web (perangkat keras dan perangkat
lunak) maupun pertumbuhan jumlah situs-situs web di dunia yang sangat
cepat.
Konvensi
internasional, menyatakan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan
berbagai proses dan aplikasi elektronik untuk pembelajaran, termasuk di
dalamnya adalah CBT, WBI, CD, dan lain-lain. Sedangkan pembelajaran berbasis
web diartikan sebagai pembelajaran melalui internet, intranet, dan halaman web
saja. Namun demikian istilah e-learning dan online learning
sering disamakan dengan pembelajaran berbasis web (Davidson & Rasmusen,
2006: 10).
Walter
Dick, dkk (2005: 1) dalam pengantar desain pembelajaran menyatakan bahwa:
”In a contemporary
e-learning or distance learning course, students are brought together with an
instructor (perhaps) and textbook or online content, and are guided through
class activities such as online exercises, question/answer/discussion boards,
projects, and interaction with classmates”.
Pernyataan di atas
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran berbasis web pengajar menyajikan materi
secara online, memandu siswa melalui aktivitas kelas dalam bentuk latihan,
ruang diskusi/tanya jawab, tugas, dan berinteraksi dengan teman sekelas secara
online.
Menurut Herman Dwi
Surjono & Maltby (2003), ada dua keuntungan dari pembelajaran berbasis web,
yaitu kebebasan platform dan ruang kelas. Dengan demikian pembelajaran
berbasis web memiliki fleksibilitas tinggi untuk mengubah setting, struktur,
maupun konten sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pengguna.
Menurut Mc.Manus dalam
Herman Dwi Surjono (1999) ternyata jaringan internet bukanlah semata-mata suatu
media, tetapi lebih dari itu juga merupakan pemberi materi dan sekaligus
materinya. Seorang dosen yang mengajarkan suatu topik tertentu melalui web akan
dengan mudah menghubungkannya dengan situs-situs web yang berkaitan
dengan topik tersebut. Kemampuan ini meliputi:
1. Penyampaian materi dalam berbagai bentuk data serta dapat dihubungkan ke
berbagai sumber informasi lainnya (hypermedia)
2. Pendaftaran mahasiswa secara on-line sehingga bisa dilakukan setiap
saat
3. Identifikasi akses berikutnya bagi mahasiswa yang sudah terdaftar
4. Penelusuran kemajuan belajar
5. Evaluasi
6. Fleksibilitas kontrol terhadap alur pembelajaran dan lain-lain.
Dengan fasilitas yang
dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo paling tidak ada tiga hal dampak
positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
1. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh
dunia tanpa batas institusi atau batas negara
2. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang
diminatinya
3. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa
bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu
kini hadir perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di
seluruh jagat raya” (Oos M. Anwas: 2003).
Pendapat di atas menunjukkan
bahwa manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber
informasi, akses kepada narasumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada
sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur,
akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara
sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan
sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian
bersama atau membuat semacam makalah bersama.
Jaya Kumar C. Koran,
mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang
dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong mendefinisikan e-learning
sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik
komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya (Oos M.
Anwas: 2003).
Rosenberg menekankan
bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Secara lebih rinci Rosenberg mengkatagorikan tiga kriteria dasar
yang ada dalam e-learning, yaitu: e-learning bersifat jaringan, e-learning
dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar
teknologi internet, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang
paling luas (Oos M. Anwas: 2003).
Terry
Kidd (2005) dalam tulisannya menyatakan:
“Online and web based
courses have become popular with both students and educational institutions as
the new mediums to deliver educational programs. For universities, they are an
excellent way to reach students in diverse and distant locations. Some may also
be used to supplement school enrollments since students can take the courses
anywhere”.
Pendapat di atas lebih
memantapkan implementasi web based learning di perguruan tinggi karena
dianggap memiliki beberapa keunggulan dalam hal biaya perjalanan, kenyamanan,
dan lingkungan belajar yang kondusif.
Duchastel dalam Herman
Dwi Surjono (1999) mengajukan model pengajaran di perguruan tinggi dengan
memanfaatkan jaringan web di internet. Model ini meliputi fungsi-fungsi yang sengaja
dikontraskan dengan model pengajaran konvensional. Fungsi-fungsi tersebut akan
membentuk suatu model yang bisa dipakai sebagai pedoman bagi para dosen atau
perencana instruksional dalam proses perubahan dari pengajaran konvensional ke
bentuk pengajaran yang sesuai melalui web ataupun mengembangkan suatu
program pengajaran berbasis web yang baru.
Oleh
karena dalam web tersedia sumber informasi dan sumber daya pembelajaran
yang melimpah, maka kegiatan belajar tidak difokuskan pada satu atau beberapa
sumber informasi tertentu saja, tetapi bereksplorasi ke berbagai situs-situs
yang berkaitan. Dalam pengajaran konvensional seorang dosen mewajibkan
mahasiswa untuk mempelajari (menghafal) buku atau diktat tertentu untuk
kemudian dievaluasi penguasaannya pada akhir semester. Dalam model pengajaran
berbasis web seorang dosen lebih tepat memberi pengarahan kepada
mahasiswa agar mencapai suatu tujuan akhir yang diharapkan dan membiarkan
mahasiswa mengorganisir proses pembelajarannya sendiri. Dalam hal ini mirip
seperti metode proyek, akan tetapi aplikasinya tidak pada kerja proyek,
melainkan pada pengembangan pengetahuandalam bidang ilmu tertentu.
Model
pengajaran berbasis web juga menekankan penilaian pada level tugas.
Evaluasi tidak sekedar untuk mengetahui tingkat pemahaman suatu materi, tetapi
dikembangkan untuk menilai pencapaian penyelesaian tugas. Mahasiswa tidak
dievaluasi sampai sejauh mana pengetahuan yang dimilikinya tetapi bagaimana ia
memanfaatkan pengetahuannya untuk menyelesaikan suatu permasalahan (Herman
Dwi Surjono: 1999).
Uraian
di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah
pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk
pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui
teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam
sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam
pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti,
melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran berbasis Web
Pembelajaran berbasis
web dibangun melalui beberapa priip yang berpearandalam menentukan keerhasilan
proses pembelajaran ini pada tahap implementasi. Hal yang membuat pembelajaran
berbasis web ini efektif pada dasarnya bergantung pada pandangan dari pemegang
kepentingan. Oleh karenanya sangat sulit untuk menetukan prinsip utama yang
setidaknya harus ada dalam pembelajaran berbasis web. Menurut Rusman (2011)
prinsip pembelajaran berbasis web adalah :
1. Interaksi
Interaksi berarti
kapasitas komunikasi degan orang lain yang tertarik pada topik yang sama atau
menggunakan pembelajaran berbasis web yang sama. Dalam lingkungan belajar,
interaksi berarti kapasitas berbicara baik antar peserta, maupun antar peseta
dengan instruktur. Interaksi membedakan antara pembelajaran berbasis web dengan
pembelajaran berbasis komputer (Computer-Based-Instruction). Hal ini berarti
bahwa mereka yang terlibat dalam pembelajaran berbasis web tidak berkomunikasi
dengan mesin, melainkan dengan orang lain (baik peserta maupun tutor)yang
kemungkinan tidak berada dalam lokasi bahkan waktu yang sama
2. Ketergunaan
Ketergunaan yang
dimaksud disini adalah bagaimana siswa mudah menggunakan web. Terdapat dua
elemen penting dalam prinsip ketergunaan ini yaitu konsisten dan kesederhanaan.
Intinya adalah bagaimana pemgembangan pembelajaran berbasis web ini menciptakan
lingkungan belajara yang konsisten dan sederhana, sehingga siswa tidak
mengalami kesulitan baik dalam proses pembelajaran maupun navigasi konten (materi
dan aktivitas belajar lain)
3. Relevansi
Relevansi diperoleh
melalui ketepatan dan kemudahan. Setiap informasi dalam web hendaknya dibuat
sangat spesifik untuk meningkatkan pemahaman pembelajar dan menghindari bias.
Menempatkan konten yang relevan dalam konteks yang tepat pada waktu yang tepat
adalah bentuk seni tersendiri, dan sedikit pengembangan e-learning yang
berhasil melakukan kombinasi ini. Hal ini melibatkan aspek keefektifan desain
konten, serta kedinamisan pencarian dan penempatan konten (materi).
SUMBER:
Klik Disini
C.
Konsep Blended Learning
Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu
blended dan learning. Kata blended berarti campuran, bersama untuk meningkatkan
kualitas agar bertambah baik (Collins Dictionary) atau formula suatu
penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary) (Heinze and
Procter, 2006:236). Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar,
dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung
unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya.
Apa yang di campurkan? Elenena (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan
adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (class room lesson) dengan
online learning.
Pada perkembangannya istilah yang lebih populer adalah Blended Blended
e-Learning dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut
merupakan isu pendidikan terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi
Blended e-Learning. Zhao (2008:162) menjelaskan “issu Blended e-Learning suliy
untuk di definisikan karena merupakan sesuatu yang baru”. Walau cukup sulit
mendefinisikan pengertian Blended Blended e-Learning tapi ada para ahli dan
profesor yang meneliti tentang Blended Blended e-Learning dan menyebutkan
konsep dari Blended e-learning. selain itu, pada penelitian Sharpen et.al
(2006:18) ditemukan bahwa “intitusi yang telah mengembangkan dengan bahasa
mereka sendiri, definisi atau tipilogi praktek blended”. Definisi dari Ahmed,
et.al (2008:1) menyebutkan :
Blended Blended e-Learning, on the other hand, merges aspects of blended
e-lerning such as: web-based instruction, streaming video, audio, synchronous
and asychronous communication, etc: with tradisional, face-to-face”learning.
Definisi lain yang hampir sama yaitu dari Soekartawi (2006:1) menjelaskan pengertian dari Blended
Blended e-Learning yaitu:
One of newest models is called Blended Blended e-Learning (BEL). The model,
BEL, is disigned basically based on combination of the best aspect of
application of information technology blended e-learning, structured face-to-face
activities, and real world practice.
Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan di atas maka dapat dikatakan
secara sederhana Blended Blended e-Learning adalah kombinasi atau penggabungan
pendekatan aspek blended e-learning yang berupa we-based instruction, video
streaming, audio, komunikasi synchronous dan asynchronous dalam jalur blended
e-learning system LSM dengan pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk
juga metode mengajar, teori belajar dan dimensi pedagogik. Kesimpulan tersebut
sama seperti yang dikemukakan oleh Bhonk dan Graham (2006) yaitu:
1. Combining instructional modalities or delivery media and technologies
(traditional distance education, Internet, Web, CD ROM, video/audio, any other
electronic medium, email, online booka etc.)
2. Combining instruction methods, learning theories and pedagogical dimensions
3. Combining blended e-learning ang face-to-face learning.
D. Karakteristik Blended Blended E-Learning
Menurut sharpen et.al (2006:18) karakteristik Blended Blended e-Learning,
adalah:
1. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama
garis tradisional sebagian besar, melalui intsitusional pendukung lingkungan
belajar virtual
2. Trasformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan
pembelajaran sampai mendalam
3. Pandangan menyeluruh tentang tehnologi untuk mendukung pembelajaran.
Blended Blended e-Learning berisi tatap muka, dimana beririsan dengan
blended E-Learning. pada blended e-learning terdapat pembelajaran berbasis
komputer yang berisikan dengan pembelajaran online. Dalam pembelajaran online
terdapat pembelajaran berasis internet yang di dalamnya ada pembelajaran
berbasis web. Diskripsi tersebut disimpulkan bahwa dalam Blended Blended
e-Learning terdapat tatap muka yang beririsan dengan blended e-learning dimana
blended e-learning beserta komponen-komponennya yang berbasis komputer dan
pembelajaran online berbasis web internet untuk pembelajaran.
Berdasarkan komponen yang ada dalam Blended Blended e-Learning maka teori belajar yang mendasari moder pembelajaran
tersebut adalah teori belajar Konstruktivisme (individual learning) dari
Piaget, kognotif dari Bruner Gagne dan Blooms dal lingkungan belajar sosial
atau Social Constructivisit (collaborativ learning) dari Vygtsky.
Karakteristik teori belajar konstruktivisme (individual learning) untuk
blended e-Learning (Hasibuan, 2006:4) adalah sebagai berikut:
1. Active learners
2. Learners construc their knoledge
3. Subjective, dynamic and expanding
4. Processing and understanding of information
5. Leaner has his own learning.
E. Penerapan BLENDED BLENDED E-Learning
Blended e-learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan
terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan
menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, maka ini dengan terbitnya surat
keputusan Mentri pendidikan Nasional No.107/U/2001 (2 juli 2001) tentang
penyelenggaraan program pendidikan Tinggi jarak jauh, maka perguruan tinngi
tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak
jauh menggunakan blended e-learning, juga telah diizinkan menyelenggarakannya.
Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah
memanfaatkan keunggulan blended e-learning ini untuk program-programnya.
Secara spesifik dalam pendidikan guru blrnded e-learning memiliki makna
sebagai berikut:
1. Blended e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi materi pelajaran
maupun ilmu pendidikan secara online
2. Blended e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terdapat buku
teks, CD-ROM dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan
perkembangan globalisasi
3. Blended e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di
dalam kelas, tetapi memperkaut model belajar tersebut melalui pengayaan conten
dan pengembangan teknologi pendidikan
4. Kapasitas guru amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan
penyampaiannya. Makin baik keselarasan antarconten dan alat penyampai dengan
gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan
memberi hasil yang lebih baik
5. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dan
sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah
dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler
6. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
7. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan
di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa tanpa saja dan dimana
saja bila yang bersangkutan memerlukannya
8. Memanfaatkan jadwal pelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan
hal-hal yng berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat
di komputer.
Daftar
Rujukan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar